10 Januari 2012

Cerpen : RAINDROPS, SEDIKIT TAPI PENUH MAKNA (:

Pagi ini hujan turun. Dingin.. Sudah hampir sejam aku duduk di tempat tidur. Menyaksikan setiap tetes airhujan yang membasahi jendela kamarku. Indah. Sejuk. Penuh makna.
Aku mengambil Handphoneku. Mati. Mungkin aku lupa menchargenya. Atau sengaja aku matikan? Entahlah. Aku malas berhubungan dengan dia. Hey, siapa dia?

Rama namanya. Lelaki bertubuh kecil, berkulit putih, dan berambut cepak. Ganteng :D aku belum bisa melupakan kejadian itu. Berat..

Sabtu 5 November 19:00
“Sinta!” panggilnya. Aku menoleh sambil tersenyum.
“Ada apa Ram?” tanyaku bingung. Tumben dia boleh keluar malam-malam
“Eh, engga kenapa2 kok. Kamu abis darimana?”
“Aku abis dari rumah Galih. Kenapa gitu?”

Seketika, airmuka Rama berubah 180 derajat. Kecewa. Aku gak ngerti ini apaa?
“Oh, Galih ya?” tanyanya lemas. Aku mengangguk bingung.

Aku benar2 ga tega ngeliat Rama. Kenapa dia? Perasaan daritadi gak apa2 deh.

“Kenapa Ram?” Tanyaku penasaran
Tanpa menjawab, Rama membawaku ke Tamankota. Aku menurut. Di sepanjangn jalan, kami berdua hanya diam.
Setelah sampai, Rama mengajakku untuk duduk di kursi panjang dekat kolam. Sekali lagi, aku menurutinya.

Tiba2 Rama menggenggam tanganku. Ada apa ini?

“Sinta, aku sayang kamu..” Katanya.
Dagdigdug DEGG! Ini apa ini? Ini apa? Ini semua diluar rencana. (Hey, memang aku merencanakan apa sebelumnya? :p) Aku ingin kabur, Tapi.. aku gak tega ninggalin Rama sendirian. Gak sendirian juga sih, banyak orang disana, Cuma gak ada yang kenal kami.
Iya sih, aku akui.. Rama itu Baik. Pengertian. Lebih pengertian dari Galih malahan (kalian gak perlu tahu Galih itu siapa. :p) tapiiiii Rama itu “sedikit” ngeselin, jail, dan ehm.. maaf ya, pendek ._.

Sebenarnya, aku sih punya feeling “lain” ke Rama. Haha, tapi.. Duh gimana ya? ._.

Tuhan aku benar2 bingung.. Memang sebenarnya sih, dia yang paling ngerti aku. Aku Cuma mengangguk. Tersenyum. Aku memang masih polos tentang “cinta” jadi aku kurang mengerti maksud dri semua ini..
“Terus apa yang bakal kamu lakuin, Ram?” tanyaku polos. Sepolos airhujan yang menetes.

“Hahaha. Yaaaa… Aku bakal pacarin kamulah.” Jawab Rama dengan tampang  isengnya
Aku tertawa. Setelah itu, Rama mencipratkan airkolam ke arahku. Bajuku basah kuyup. Aku balik menciprati Rama. Tapi bukan dengan air, dengan Ciintaku (eaea gombalnya keluar deh ._. Boongan boongan, pake air ding .-.v) Dan,, FINALLY, Baju kami basah kuyup! Kami seperti orang gila. Hahaha

Disepanjang jalan, kami berdua tak berhenti tertawa. Seketik a aku menghentikan tawaku saat Rama perlahan menggenggam tanganku sambil berkata “Aku siap menjadi Rama-mu, Sinta”. Aku malu. Betul2 malu. Mungkin saat ini, pipiku sudah merah seperti kepiting rebus. Untung saja, lampu dijalan ini agak redup. Jadi Rama tidak bisa melihat mukaku dengan jelas..
                                             ****************************************************

Pagi ini, air mataku menetes. Teringat Rama lagi. RAMA. R-A RA M-A MA = RAMA. Aku menghapus airmataku, lalu segera keluar kamar.

Diluar, Mama sedang bersiap-siap untuk ke kantor. Agak siang. Ini pukul 08:00.

“Sinta, kamu kenapa?” Tanya Mama khawatir.
Aku terdiam sejenak. Mengambil nafas. “Kepikiran rama, ma” jawabku berat.

Mama terdiam. Lalu ia berkata “Jangan fikirin Rama terus! Jangan pernah kamu inget-inget Rama lagi! OKE?! Janji sama Mama” kata Mama lagi, sambil tersenyum.

Aku mengangguk lemah. Pasrha, dengan senyum yang terpaksa.

“Mama berangkat dulu ya, Bye~” Kata Mama lagi sambil mencium keningku.

Hari ini aku putuskan untuk membaca Komik Detektif Conan di pinggir kolamrenang. Aku rindu Rama.

                              Minggu pagi. 6 November taman kota.
“Eh, Sin! Aku mirip sama Conan, apa sama Sinichi?” tanyanya jahil. Aku tertawa.
“Gak mirip dua-duanya. Kamu lebih mirip Profesor Agasa. Hahahahaha” jawabku. Tawaku lepas. Bahagia ketika bersama Rama.

Rama pura-pura marah sama aku.
“Kalo aku jadi Sinichi, kamu jadi Ran-nya. Tapi kalo aku adi Conan-nya, kamu jadi Ai Haibara aja. Biar kita sama-sama terus. Ya?” katanya sambil mengedipkan matanya. Lucu :3
Aku mengangguk.


Pagi ini.

Airmata kembali membasahi pipiku. Kubuang  Komik detektif Conan ke Kolamrenang. Basah. Masabodoh, aku gak akan memperdulikannya lagi.
Aku masuk ke kamar. Mengunci pintu. Dan menangis sekencang-kencangnya.

Sebelum aku mengenal Rama, aku belum mengetahui cinta itu apa. Sungguh. Tapi semenjak aku mengenal Rama, aku mengerti cinta. Bukan hanya cinta, tapi juga ditinggal cinta. Tanpa ada kejelasan.

Aku masih sesenggukan di samping meja belajar dikamarku. Aku melirik ke laci meja belajar. Aku ingat ada surat dari Rama disitu. Aku hafal betul bagaimana isinya.

For : Sinta

Hai, Sinta-ku. Semoga kau tersenyum membaca surat ini. Dan aku harap, kamu tetap tersenyum selamanya kepada siapapun, meski nanti senyummu yang terindah bukan untukku lagi :’(

Sinta, maafkan aku. Aku memng gak cocok untuk menjadi Rama-mu. Aku memang bodoh! Kenapa aku membiarkan perasaan ini tumbuh dihatiku lalu bersemi? Kenapa waktu itu, aku tak membiarkanmu bersama Galih?! Maafkan aku sinta. Aku meamng bodoh! L
Aku harus pergi meninggalkanmu dalam waktu yang cukup lama. Kuranglebih 10 tahun. Maafkan aku Sita. Kita.. Cukup.. sampai… disini :”(

Salam sayang selalu..
Rama-mu  {}
Kurobek surat itu. Basi! Kuambil handphoneku. Kunyalakan.
Ada 5 sms. Salah satunya dari Rama. Hffhhh… aku menghela nafas panjang sekali..

From : Rama    ︠◌︡
Hai, Sintaa :*


To : Rama    ︠◌︡
Apa?

From : Rama    ︠◌︡
Aku kangen kamu..

To : Rama    ︠◌︡
Tapi aku g kngn kamu tuh..

From : Rama    ︠◌︡
:’(
Maafin aku, Sinta. Maaf :’(

To : Rama    ︠◌︡
Udh, gaush dipikrn lagi. Noprob J

From : Rama    ︠◌︡
Makasih :”D
Ketemuan, bisa? J

DAGDIGDUG JEGER!!

To : Rama    ︠◌︡
Emg, kamu lg dimana? :o

From : Rama    ︠◌︡
Di dpn rumah kamu. Kamu bisa liat kebawah J

JEGEER~ Ini memang hujan. Tapi gak ada petirnya. Aku kaget setengah  mat. Kubuka gorden dikamarku. TEPAT! RAMA BERDIRI DISANA!

Aku keluar menghampirinya. Dengan mata sembab tentunya :p
“Hai” sapanya kaku. Mungkin ia masih punya perasaan bersalah. Atau 10 tahun lamanya kita gak ketemu? Entahlah

“Hai juga” jawabku singkat.

“Aku, kangen sinta” katanya lagi.
“Tapi, aku tetep gak kan pernah kangenin kamu” jawabku. Santai. Mungkin langsung menohok ke hatinya Rama.

Rama terdiam. Beberapa menit. Hujan semakin deras. Kmi berdua terpaku dibawah rintik hujan.
“Sinta” panggil rama. Memecah keheningan diantara aku, rama, dan hujan
“Ya?” tanyaku
“Aku blh Tanya?”
Aku mengangguk.
“Jika kamu menjadi tetes hujan, apa yang akan kamu lakukan?” Tanya Rama
Aku berfikir sejenak. Ingat akan tetes hujan yang menetes di jandela kamarku tadi pagi, tapi aku ingin mengetes Rama. Kalau jawabanku sama dengan jawabannya, itu artinya kita memang berjodoh :D

“Kalau aku jadi tetes hujan, aku akan selalu menetes dan menempel di jendela kamarmu. Mungkin bagi orang lain gak berharga, kecil, dan tak terlihat. Tapi untukmu dan untukku, tetesan air hujan ini penuh makna yang tersirat.” Jawabnya. SAMA PERSIS DENGAN JAWABANKU!!

“Cool. Sama sepertiku” kataku. Ups kelepasan ._.

Rama tersenyum dan melanjutkan..
“Haha, mungkin kau benci padaku. Mungkin kau kesal padaku. Tapi aku yakin, didalam hatimu, kau masih menyisakan sedikit ruang untukku” katanya. Mungkin dia langsung bisa membaca pikiranku.

Aku tersenyum, menanti kata yang akan keluar dari mulutnya.

“Walaupun sedikit. Tapi.. bagiku penuh makna. Seperti tetes hujan ini” katanya. Tangannya menengadah ke langit. Menantikan tetes hujan yang akan jatuh ke telapak tangannya. Jatuh. Satu tetes. Lalu ia menunjukkannya kepadaku. Aku terharu. Tersenyum. Bahagia.
Aku kembali tersenyum. Mungkin dukaku telah hanyut bersama airhujan. Rama memelukku. Dibawah rintik hujan yang semakin deras. Hanya ada Aku, Rama, dan Ribuan bahkan Jutaan tetes hujan yang jatuh kebumi.
Tiba-tiba Rama melepaskan pelukannya,

“Sinta.. kalau aku jadi sinichi.. maukah kau menjadi ran Mouri ku lagi?” Tanya Rama. Lucu
Aku tertawa. Mengangguk sambil tertawa bahagia tentunya.

Rama memelukku lagi. Hujan samakin deras. Aku merasakan diriku, seperti tetes hujan. Sedikit tapi penuh makna..

Rama merangkul pundakku. Ia sekarang lebih tinggi daripada aku. Dan jauh lebih tampan pula dari sebelumnya :p
Kami pergi dan berjalan ke Taman kota. Tempat dimana terjadinya peristiwa 5 November terjadi. Hanya aku, rama, dan tetes hujan.. Sedikit tapi penuh makna J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar