10 Januari 2012

Aku berhenti berharap ketika datang gelap (cerpen)

Dua anak perempuan berjilbab, duduk dibawah pohon mangga yang rindang sambil bersenderan satu sama lain. Wajahnya menatap ke atas awan yang mulai berubah warna. Dari warna biru cerah, ke warna abu-abu nan gelap. Tapi mereka tetap duduk dibawah pohon. Seolah tak takut akan derasnya hujan. Mereka menuangkan isi hati. Hati yang bergejolak. Hati yang gelisah karena satu nama.

“Fi.. aku… suka sama Tama…” ucapku memulai pembicaraan
“Tama? Siapa dia??” Tanya anak perempuan yang memakai jilbab warna merah, namanya Fia
“Tama, teman lesku. Sebenarnya kami teman dari TK. Tapi, aku gak tahu dia ingat aku apa engga”  kataku, lallu menunduk lesu.
“Dia pasti ingat kok. Tenang aja” kata Fia menenangkan sahabatnya.
“Waktu aku ke Jogja kemarin, dia ngeliatin aku terus” ujarku, matanya berbinar-binar. Pikiranku melayang, kembali ke 1 minggu yang lalu. . . .

“Raini, itu Tama kan?” tanyaku kepada temanku
“Iya, Tama.. yang temen TK kita” jawabnya
Aku tersentak. Benar. Wajahnya gak jauh beda sama yang dulu. Tapi, sekarang dia lebih cool ^^

Aku dan rombongan menuju kerumah makan.

“Duh, perutku sakit banget nih!!” keluhku sambil memegangi perutku yang rasanya kram
“Kan.. Udah uk. Minta obat” kata Raini menawarkan. Aku menggeleng.

Aku dan Raini memilih meja yang dekat dengan stopkontak. Tujuannya, supaya aku bisa men-charge handphoneku yang baterenya sudah sekarat.

Aku makan dengan wajah yang awut-awutan. Rambutku seperti singa, perutku sudah gak keruan.

Ayam lagi.. Ayam lagi!! Tapi gak papa deh. Aku paksa supaya nasi bisa masuk kedalam perutku. Aku takut penyakit tipes ku kambuh lagi..

Aku melihat kedepan. SINGGGGG!!!! Tama! Ada Tama disana! Duduk tepat didepan mejaku!!

Dia menatapku.. Lembut. Aku malu. Amat sangat malu..

“Ran, udahan yuk makannya. Aku tambah sakit perut” ujarku kepada Raini. Raini mengangguk. Aku dan Raini menuju ke dalam bus yang kami tumpangi. Ada 2 bus. Aku kebagian bus satu. Sedangkan Tama? Baru aku tahu dia kebagian bus dua.

Aku memilih duduk didekat jendela. Kepalaku bersandar di jendela. Mataku menerawang keluar jendela..

Tama!! Tama sudah masuk ke bus dua! Matanya sedang mencari seseorang di bus satu yang tepatnya bus yang aku tumpangi. Aku melihatnya. Sampai akhirnya, pandangan mata kami bertabrakan. Aku menatap dia, dia menatap aku.. aku mengakhiri tatapan itu. Akhirnya bus satu  lebh dulu maju.

Tama….


“Kalau cerita kamu, gimana Fi? Kamu suka sama siapa?” Tanyaku
“Iki” jawabnya singkat. Matanya juga menerawang, memutar kembali ingatan nya.
“Sapa itu??” Tanyaku lagi
“Idola sekolah. Aku suka banget sama dia. Sayangnya aku belum punya kejadian apa-apa sama dia…”
“Sabar aja yah.. Semua akan menjadi Indah pada waktunya”
Fia tersenyum. “Aku Cuma bisa mantau dia di twitter atau di facebook”
“Sama.. aku juga” kata Indah menyetujui. “Tapi, twitter aku belum di followback”
“Aku juga!!” seru Fia
“Udah ya, kita Cuma bisa berharap aja” usulku “Yuk pulang.. Hujan udah mulai deres banget nih, anginnya gede banget” ajakku sambil menarik lengan Fia. Fia mengangguk. Kami pun pulang…

2 minggu kemudian…

Dua anak perempuan itu kembali duduk dibawah pohon mangga. Langit masih biru cerah. Tapi, wajah keduanya muram.

“Fi………” desisku. Fia menoleh. Wajahnya muram sama sepertiku.
“Tama….. belum follow back twitter aku. Padahal aku udah mention dia…” keluhku
“Sama…. Iki juga begitu” keluh Fia.

“Mungkin, kita….. Harus berhenti….”
“Berhenti apa?” Tanya Fia heran
“Berhenti ‘suka’ sama orang yang kita suka”
“Kenapa?”
“Tama…… udah punya pacar….. Mungkin waktu itu aku yang kegeeeran karena dia ngeliatin aku terus. Ternyata……” keluhku sambil menghembuskan nafas panjang.
“Iki… juga…” katanya. Suaranya tercekat..
Hufhhhhh…. Aku menghembuskan nafas panjang…. Awan hitam sudah mulai datang. Sebentar lagi hujan. Aku, MULAI BERHENTI BERHARAP KETIKA DATANG GELAP. TAK AKAN ADA AIRMATA YANG JATUH UNTUK CINTA!! KECUALI UNTUK CINTA-NYA, UNTUK CINTA KELUARGAKU!!!
AKU!! GAK MAU BERHARAP LAGI!!! TITIK!!

Aku dan Fia,beranjak meninggalkan pohon mangga itu ketika gelap mulai datang.. kami bergandengan tangan. Pergi meninggalkan semua cerita. Melangkah maju. Menatap masa depan. Tak mau terpaku dengan cerita masalalu yang kelam.

Hujan mulai turun.. Tapi, aku berhenti berharap :’)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar